Materi Bahasa Indonesia
DONGENG
a. Dongeng dan Jenisnya
Menurut
Danandjaja dongeng adalah cerita pendek
kolektif kesusastraan lisan. Dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang tidak
dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan,
meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, ajaran moral, ataupun sindiran.
Antti Aarne dan Stith Thompson membagi
jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni:
1) dongeng binatang (animal tales)
2) dongeng biasa (ordinary
folktales)
3) lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)
4) dongeng berumus (formula tales)
Dongeng binatang merupakan dongeng
yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar. Binatang-binatang itu
dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.
Binatang-binatang itu biasanya terbatas pada jenis tertentu.
Di Eropa binatang
itu adalah rubah (fox), di Amerika
kelinci, di Indian Amerika sejenis anjing hutan (coyote), rubah, burung gagak, dan laba-laba, serta di Filipina
adalah kera. Di Indonesia binatang itu adalah pelanduk (kancil) dengan nama
Sang Kancil. Binatang-binatang itu semuanya mempunyai sifat yang cerdik, licik,
dan jenaka. Lawan binatang cerdik adalah pandir, yang selalu menjadi
bulan-bulanan tipu muslihat binatang cerdik itu. Di Amerika ada beruang, di
Filipina buaya, dan di Indonesia adalah harimau.
Dongeng biasa adalah jenis dongeng
yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka-duka seseorang. Di
Indonesia, dongeng biasa yang populer bertipe “Cinderella”. Dongeng bertipe ini
ada banyak. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat dongeng “Ande-ande Lumut”
dan “Si Melati dan Si Kecubung”, di Jakarta terdapat dongeng “Bawang Putih dan
Bawang Merah”, dan di Bali ada “I Kesuna lan I Bawang”.
Lelucon dan Anekdot merupakan
dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga
menimbulkan tawa bagi yang mendengar maupun yang menceritakan. Anekdot menyangkut
kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh, yang benar-benar
ada, sedangkan lelucon menyangkut kisah fiktif lucu
anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras.
Misalnya, kisah pendek lucu Albert Einstein disebut anekdot, sementara kisah
pendek lucu orang Batak disebut lelucon.
Dongeng-dongeng
berumus merupakan dongeng yang oleh Antti Aarne dan Stith Thompson disebut formula tales, dan strukturnya terdiri
atas pengulangan-pengulangan. Subbentuk dari dongeng berumus adalah: dongeng
bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang tidak
mempunyai akhir.
Dongeng
bertimbun banyak (disebut pula dongeng berantai) adalah dongeng yang dibentuk
dengan cara menambah keterangan lebih terinci pada setiap pengulangan inti
cerita. Di Indonesia berkembang lelucon yang bersifat penghinaan suku bangsa
lain.
Dongeng untuk mempermainkan orang
merupakan cerita fiktif yang diceritakan khusus untuk memperdayai orang karena
akan menyebabkan pendengarnya mengeluarkan pendapat yang bodoh.
Dongeng yang tidak ada akhirnya (endless tales) adalah dongeng yang jika
diteruskan tidak akan sampai pada batas akhir.
b.
Membacakan Dongeng
Membaca dan membacakan, secara
sederhana dibedakan. Membaca lebih merupakan kegiatan pribadi untuk menemukan
informasi tertentu dari kegiatan membacanya. Sementara membacakan merupakan
kegiatan performansi, yakni bagaimana membacakan suatu teks kepada orang lain.
Untuk membacakan dongeng, ada beberapa
hal yang harus dipersiapkan, antara lain:
1) pilihlah dongeng yang baik (jika dongeng belum
tersedia) dengan kriteria: topik menarik, topik sesuai dengan pembaca/pemain
(dan juga bagi penonton/pendengar), bahasa yang dipergunakan sederhana dan
mudah dipahami, dongeng tidak terlalu panjang,
2) pelajari dongeng dengan seksama, baik yang sudah
tertulis maupun yang masih berupa dongeng lisan,
3) pahami karakter tokoh yang terdapat dalam dongeng
sebagai pijakan penentuan karakter vokal,
4) berlatihlah berkali-kali, terutama membedakan
karakter vokal sebagai narator (pencerita/pendongeng) dengan karakter vokal
tokoh dalam cerita/dongeng,
5) saat berlatih, usahakan ada salah seorang teman
menjadi pendengar penuh yang berperan sebagai evaluator,
dan
6) komunikatif, artinya pembacaan yang dilakukan
harus dapat menghidupkan dongeng sehingga mudah dicerna oleh pendengar.
c. Menjelaskan Isi Dongeng
Dongeng yang merupakan cerita prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi sampai saat ini masih berkembang
di sebagian masyarakat di Indonesia. Dongeng yang biasanya diceritakan oleh
pendongeng (pencerita, dalang, tukang kaba, dan lain-lain) dan dalam
perkembangannya juga dalam bentuk buku, terutama diperuntukkan sebagai hiburan.
Namun demikian, di dalam dongeng akan kita jumpai (nilai-nilai) ajaran-ajaran
tertentu tentang kebenaran, ajaran moral, ataupun sindiran.
Nilai-nilai itulah yang merupakan
salah satu alasan mengapa dongeng masih terus hidup di masyarakat. Melalui
dongeng, orang tua dapat mengajarkan hal tertentu yang dikehendaki. Jika orang
tua tidak bisa dan atau tidak memiliki banyak waktu untuk mendongeng kepada
anaknya, buku (dan sejenisnya) dapat membantu ke arah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar